Kemuliaan Ahlul Badr

Dari Habibana munzir bin Fuad al musawa Allahu yarham tentang kemuliaan Ahlul Badr lalu bagaimana hubungannya dgn saudara kita diPalestina..?

جَاءَ جِبْرِيْلُ إِلَى النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ مَا تَعُدُّوْنَ أَهْلَ بَدْرٍ فِيْكُمْ ؟ قَالَ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مِنْ أَفْضَلِ الْمُسْلِمِيْنَ أَوْ كَلِمَةً نَحْوَهَا قَالَ جِبْرِيْلُ وَكَذَلِكَ مَنْ شَهِدَ بَدْرًا مِنَ الْمَلَائِكَة

( رواه البخاري)

“datang Malaikat Jibril as pada Nabi saw dan berkata: apa pendapat kalian tentang ahlul Badr diantara kalian?, maka bersabda Rasulullah saw : mereka adalah muslimin yg paling mulia,(atau kalimat yg bermakna demikian), lalu berkata Jibril as : demikian pula yg mengikuti perang Badr dari kelompok malaikat, mereka malaikat yg terbaik” (Shahih Bukhari)

Di saat itu Rasulullah meminta pendapat para sahabat, di Badr Al Kubra bukannya Rasul mengajak perang, Rasulullah bukanlah orang yang menyukai perang, rasul tidak menyukai gencat senjata, namun mereka kuffar quraisy selalu berkumpul untuk menyerang Rasulullah, sampai ketika perang Tabuk Rasulullah keluar ke Tabuk demi menjaga Jazirah Arab agar jangan sampai diserang Romawi, itulah yang diperbuat oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam. Demikian pula pula di Badr Al Kubra, kejadian Badr Al Kubra itu bukanlah bertujuan untuk berperang tetapi hendak memotong kafir Quraisy yaitu kafilah Abu Sufyan. Karena setiap kali kafilah muslimin akan masuk ke Madinah, sering dirampok oleh orang-orang kuffar quraisy, maka Rasulullah ingin sekali-kali memberi pelajaran kepada mereka, maka dipotonglah kafilah Abu Sufyan.

Dan menurut keterangan perang Badar terjadi tanggal 17 Ramadhan, saat itu Rasulullah pun keluar bersama muslimin yang jumlahnya 313, diriwayat yang lain 314 dan dalam riwayat yang lain 319, namun dalam Shahih Al Bukhari tiga riwayat menyebutkan 313, dan yang mengatakan 314 menurut Al Imam Ibn Hajar bahwa yang ke 314 adalah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, dan yang mengatakan 315 karena ada satu orang yang masuk Islam di tengah jalan kemudian ia ikut perang Badr, dan yang mengatakan 319 yaitu karena ada orang-orang yang dilarang ikut tetapi mereka tetap ikut seperti Abdullah bin Umar Ra.

Maka di saat itu Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bertanya kepada para sahabat, kaum muhajirin dan anshar dikumpulkan dan beliau berkata : “wahai para sahabat berilah aku pendapat dalam hal ini “, maka sayyidina Abu Bakr berkata : ” kita semua siap untuk berangkat perang wahai Rasulullah”, sayyidina Umar pun berkata demikian.

Maka kaum Anshar yang mendengar hal itu terkejut karena mereka bukanlah orang-orang yang ahli dalam peperangan tidak seperti kaum muhajirin, mereka adalah para petani, peternak dan pengelola kebun-kebun kurma yang tidak mengerti tentang perang, maka mereka pun bingung dan hanya diam, hingga Rasulullah mengulang ucapannya lagi : ” wahai para sahabat berilah aku pendapat kalian “, akhirnya salah seorang dari Anshar berdiri dan berkata : ” wahai Rasulullah, sepertinya engkau menunggu pendapat kami dari kaum Anshar ?”, Rasulullah berkata : ” iya betul yang kutunggu pendapat kalian, karena dari tadi hanya kaum muhajirin yang berbicara “, maka orang itu berkata : ” Wahai Rasulullah berangkatlah, kami siap berangkat bersamamu, kemanapun engkau pergi kami ikut, engkau naik ke atas gunung kami ikut naik ke atas gunung, engkau masuk ke dasar lautan kami pun ikut ke dasar lautan, seandainya pun kami harus mati satu persatu tenggelam di lautan, maka tidak satupun dari kami kaum Anshar yang akan tersisa, barangkali hal itu bisa membuat kami menggembirakanmu wahai Rasulullah”. Nyawa mereka tidak ada artinya demi menggembirakan hati sayyidina Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam, mereka ingin menghibur Rasulullah dengan nyawa mereka, demikian keadaan para sahabat Rasul shallallahu ‘alaihi wasallam.

Jangan disalah tafsirkan bahwa Ahlu Badr itu adalah kelompok beringas, kelompok anarkis, kelompok teroris atau yang lainnya, tidak demikian. Ahlu Badr adalah orang-orang damai, sampai-sampai Abu Thalhah Al Anshari Ra dia adalah orang yang sangat pemeberani dari kalangan Anshar, dimana Rasulullah berkata bahwa Abu Thalhah sama dengan 1000 pasukan yang lain karena dahsyatnya kekuatan Allah yang diberikan kepada Abu Thalhah.

10435615_861400793889829_2869922052809258563_n

Maka diriwayatkan dalam Ibn Hisyam bahwa di saat perang Badr pedang Abu Thalhah terjatuh karena kantuknya disebabkan shalatnya yang terlalu lama di malam harinya. Jika seseorang berperang dengan emosi bisakah ia merasakan kantuk?!, melihat ribuan pasukan di hadapannya yang dilengkapi dengan perisai baja dan pedang-pedang terhunus, dan panah-panah yang terus terarah kepada mereka, masih bisakah ngantuk?!, kalau berperang dengan hawa nafsu maka tidak akan pernah bisa ngantuk, yang ada salah satu diantara dua hal yaitu ngamuk dengan serabutan atau lari ke belakang, bukankah begitu?. Tapi Abu Thalhah bisa mengantuk hingga pedangnya terjatuh karena santainya menghadapi perang, mereka menghadapi kematiaan dengan santai dan tenang, karena mereka bukan pasukan beringas, mereka adalah orang-orang damai, ahlu dzikir, demikianlah keadaan Ahlu Badr radiyallahu ‘anhum.

Mereka adalah orang-orang paling mulia, sehingga di hadits yang tadi kita baca dijelaskan bahwa ketika Jibril bertanya kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam tentang pendapat beliau tentang para sahabat beliau ahlu Badr, maka Rasul berkata : ” mereka ahlu Badr adalah orang-orang muslim yang paling afdhal”, mereka lebih afdhal dari semua muslimin yang lain, dan muslim lain tidak ada yang lebih afdhal dari mereka. Ahlu Badr adalah perpaduan dari bangsa arab dan bukan bangsa arab, dari kaum budak dan orang-orang merdeka, dari golongan kaum jelata hingga golongan orang yang kaya raya, dan diantara mereka pula para ahlu bait Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam. Bendera dipegang oleh dua kelompok , satu dari Muhajirin dan yang satu dari kaum Anshar, bendera Muhajirin dibawa oleh oleh sayyidina Ali bin Abi Thalib karramallahu wajhah Ra benderanya berwarna hitam demikian yang dijelaskan dalam sirah Ibn Hisyam, dan bendera kaum Anshar berwarna putih. Demikian dahsyatnya perang Badr Al Kubra, maka Rasul berkata bahwa mereka adalah muslimin yang paling afdhal, dan di saat itu pun Jibril menjawab bahwa malaikat yang ikut di perang Badr mereka juga malaikat yang paling afdhal.

Setelah perang Badr selesai tidak semuanya wafat, tetapi ada beberapa yang wafat dan ada yang masih hidup, diantara yang hidup itu terus hidup hingga Rasulullah shallallahu ‘alaihi wafat. Dan ketika masa khalifah Abu Bakr As Shiddiq Ra maka di saat itu banyak pemberontakan di beberapa wilayah, diantaranya di Yaman, maka penguasa di kota Tarim Hadramaut meminta bantuan dari khalifah Abu Bakr As Shiddiq untuk mengirim pasukan, karena banyak pemberontak yang memberontak terhadap kekhalifahan Abu Bakr As Shiddiq, maka dikirimlah para pasukan Ahlu Badr ke Tarim Hadrmaut, dan disana ada gunung yang disebut Jabal Khailah (gunung kuda), mengapa disebut gunung kuda?, karena disitulah turunnya kuda-kuda ahlu Badr yang datang dari Madinah diutus oleh sayyidina Abu Bakr As Shiddiq Ra ke kota Tarim Hadramaut untuk berjihad disana, sebagian diantara mereka wafat dan dimakamkan di Tarim hingga sekarang kuburnya dikenal dengan kuburan ahlu Badr karena disana dimakamkan beberapa orang ahlu Badr, dan sejak itulah Al Imam Ahmad bin Isa Al Muhajir hijrah dari Baghdad ke Tarim Hadramaut, kemudian cucunya Al Iman Ali Bin Alawy Khali’ Qasm membangun pemakaman Zanbal di sekitar pemakaman Ahlu Badr, hal ini menunjukkan bahwa para sahabat dan para ahlu bait Rasul ingin selalu berdampingan, para habaib kita selalu ingin dengat dengan para sahabat Ra, maka disanalah makam Al Imam Haddad, makam Al Imam Alfaqih Muqaddam Muhammad bin Ali Ba’alawy, makam Al Imam Umar bin Abdurrahman Al Atthas, makam Al Imam Abdullah bin Abu Bakr Al Aidarus, makam Al Imam Abdurrahman As Saggaf, semua berdampingan dengan kuburan ahlu Badr radiyallahu ‘anhum.

Dan sebagian dari mereka berangkat ke pulau Jawa, 9 orang menuju Gujarat kemudian ke Jawa dan meyebarkan Islam dan mereka di kenal dengan sebutan Wali Songo, dimana mereka dari Gujarat yang berasal dari Yaman, para keturunan Al Imam Faqih Muqaddam, keturunan Al Imam Ahmad bin Isa Al Muhajir.
Kita lihat sanadnya Islam di Indonesia dan beberapa wilayah di Asia Tenggara lainnya bersambung yang berasal dari para da’i, yang berasal dari Tarim Hadramaut, siapa mereka? Mereka adalah para ahlu bait Rasulullah, keturunan Al Imam Ahmad bin Isa Al Muhajir yang hijrah dari Baghdad ke Tarim Hadramaut. Kita lihat sanadnya dari zaman Rasululullah ke zaman sayyidina Abu Bakar As Shiddiq kemudian Abu Bakr mengirim pasukan Ahlu Badr ke Tarim Hadramaut berjihad di Tarim dan sebagian wafat, kemudian perjuangan dilanjutkan oleh khalifah Umar bin Khattab, khalifah Utsman, dan khalifah Ali bin Abi Thalib hingga sampai kepada Al Imam Ahmad Al Muhajir yang akhirnya juga hijrah juga ke Tarim dan bergabung lagi dengan para ahlu Badr yang dimakamkan di sana, dan dari sana sampailah ke Indonesia ini, jadi sanad kita ini sebenarnya tersambung kepada ahlu Badr radiyallahu ‘anhum waardhahum.,

======================================================================
Bagaimana dengan kejadian musibah yang menimpa saudara kita di Palestina disaat bulan puasa ini? Menurut pendapat saya pribadi, Mari kita berdo’a bagi kebaikan mereka, jika kita mampu berikan bantuan materi seperti makanan, obat-obatan dan perlengkapan medis lainnya melalui perwakilan kita.
========================================================================
Allah subhanahu wata’ala telah berfirman kepada sang nabi dan kepada semua orang yang terkena musibah :

وَاصْبِرْ لِحُكْمِ رَبِّكَ فَإِنَّكَ بِأَعْيُنِنَا ( الطور : 48 )

” Dan bersabarlah dalam menunggu ketetapan Rabbmu, maka sesungguhnya kamu berada dalam penglihatan Kami” ( QS. At Thuur : 48 )

1902810_861400773889831_1472825804976135592_n

Bersabarlah atas hukum-hukum Allah subhanahu wata’ala, bersabarlah atas takdir-takdir Allah karena sungguh kita dihadapan penglihatan Allah subahanahu wata’ala. Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam adalah orang yang paling banyak ditolong oleh Allah subhanahu wata’ala, namun kita semua juga selalu di dalam penglihatan Allah subhanahu wata’ala, oleh sebab itu yang terkena musibah maka bersabarlah karenaa musibahmu tidak akan abadi, yakinilah janji Allah subhanahu wata’ala atas segala kesusahan di dalam firman-Nya :

فَإِنَّ مَعَ الْعُسْرِ يُسْرًا ، إِنَّ مَعَ الْعُسْرِ يُسْرًا ( الشرح : 5-6 )

” Karena sesungguhnya dalam kesulitan itu ada kemudahan, Karena sesungguhnya dalam kesulitan itu ada kemudahan” ( QS. As Syarh : 5-6 )

Dua kali Allah bersumpah bahwa “Sungguh dalam kesulitan akan datang kemudahan, sungguh setelah kesulitan akan datang kemudahan “, Allah tidak mengatakan “sesudah kesusahan akan datang kemudahan”,tetapi Allah berkata : ” bahwa bersama kesulitan itu ada kemudahan”. Hal ini menunjukkan sangat dekatnya antara musibah dan datangnya kemudahan. Maka bersabarlah dan tabahlah, tenang dan mohonlah pertolongan kepada Allah dengan bersabar dan shalat, sebagaimana firman-Nya:

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا اسْتَعِينُوا بِالصَّبْرِ وَالصَّلَاةِ إِنَّ اللَّهَ مَعَ الصَّابِرِينَ ( البقرة : 153 )

“Hai orang-orang yang beriman jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu, sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar” ( QS. Al Baqarah : 153 )

Dengan memperbanyak shalat dan ibadah, dimana dengan hal itu akan semakin cepat musibah sirna dan berganti kemudahan.

Pos ini dipublikasikan di Tsaqofah. Tandai permalink.

Tinggalkan komentar