Jet tempur terbaru KFX/IFX (Korea Fighter eXperiment/Indonesia Fighter eXperiment)

Sebagai sebuah negara yang berdaulat, kehadiran mesin perang atau alutsista strategis adalah sebuah kewajiban. Entah itu tank, kapal perang maupun pesawat tempur. Selama ini Indonesia melakukan pengadaan alutsista seperti itu dengan cara mengimpor dari berbagai negara seperti Amerika Serikat (AS), Rusia, China maupun negara-negara Eropa.

Impor alutsista strategis adalah jalan paling mudah. Yang penting dana tersedia, maka semua bisa dibeli. Namun ada satu hal yang diwaspadai dalam impor alutsista. Embargo! Ketika hubungan negara kita dengan negara produsen memburuk, embargo akan diberlakukan terutama di sisi suku cadang. Hal itu sempat terjadi di tahun 1999 sampai dengan 2004 dimana AS dan Inggris melakukan embargo terkait kasus Timor Timur dan Aceh.

Swasembada persenjataan tentu mutlak dilakukan. Indonesia sudah memulai. Meskipun masih belum memproduksi alutsista pemukul strategis, tapi negara ini sudah bisa membuat senapan ringan, senapan mesin, panser angkut pasukan, kapal angkut militer dan pesawat angkut taktis. Semua peralatan tempur tersebut dibuat berkat kerjasama Indonesia dengan berbagai negara diantaranya Prancis, Spanyol dan Korea Selatan.

Membicarakan pesawat tempur, saat ini Indonesia mengoperasikan beberapa jenis pesawat tempur seperti F-5 dan F-16 buatan AS, Hawk 100/200 buatan Inggris, Super Tucano buatan Brasil dan Sukhoi Su 27/30 buatan Rusia. Bagaimana dengan rencana pembuatan pesawat tempur buatan sendiri?

Indonesia menjalin kerjasama dengan Korea Selatan (Korsel) untuk mengembangkan pesawat tempur. Diberi kode KFX/IFX (Korea Fighter eXperiment/Indonesia Fighter eXperiment), ini adalah proyek prestisius yang sedang dikembangkan kedua negara. Pesawat dikembangkan dengan sistem avionik generasi 4.5 yang sejajar dengan Dassault Refale buatan Prancis, JAS-39 Gripen buatan Swedia, Eurofighter Typhoon buatan Konsorsium Eropa dan F/A 18 Hornet buatan Amerika Serikat (AS) yang saat ini menjadi andalan berbagai negara. KFX/IFX juga bisa di-upgrade menjadi pesawat tempur generasi 5 yang sejajar dengan F-35 Lightning buatan AS atau PAK FA T 50 buatan Rusia yang saat ini masih dalam pengembangan.

Direktur Utama PT Dirgantara Indonesia Budi Santoso mengatakan, Indonesia menjajaki pengembangan pesawat tempur generasi 4,5.“Kalau F-16 itu generasi ke 4, kalau F-35 buatan Amerika itu generasi 5, ini ditengah-tengahnya,Sukhoi itu masih generasi 4,” katanya di sela perhelatan Bandung Air Show, Kamis (23/9/2010).

Proyek pembuatan :
Pesawat jet tempur KFX sendiri sebetulnya merupakan proyek lama Republic of Korea Air Force (ROKAF) yang baru bisa terlaksana sekarang. Proyek ini digagas presiden Korea Kim Dae Jung pada bulan Maret 2001 untuk menggantikan pesawat-pesawat yang lebih tua seperti F-4D/E Phantom II dan F-5E/F Tiger. Dibandingkan F-16, KFX diproyeksi untuk memiliki radius serang lebih tinggi 50 persen, sistim avionic yang lebih baik serta kemampuan anti radar (stealth).

Pemerintah Korea akan menanggung 60 persen biaya pengembangan pesawat, sejumlah industri dirgantara negara itu di antaranya Korean Aerospace Industry menanggung 20 persennya .pemerintah Indonesia 20 persen dan akan memperoleh 50 pesawat yang mempunyai kemampuan tempur melebih F-16 ini dan 100 pesawat untuk korea. Total biaya pengembangan selama 10 tahun untuk membuat prototype pesawat itu diperkirakan menghabiskan dana 6 miliar US Dollar.Pemerintah Indonesia akan menyiapkan dana US$1,2 miliar.

Penandatanganan nota kesepahaman (MoU) antara Indonesia-Korsel itu sudah dilakukan pada 15 Juli 2010 yang lalu di Seoul-Korea Selatan.diharapkan pada tahun 2020 Sudah Ada Regenerasi Pesawat Tempur untuk kedua pihak.

Kini pada tanggal 17 Juli 2011 mendatang, Kementerian Pertahanan RI akan memberangkatkan 37 orang tim teknis pengembangan pesawat jet tempur KFX ke Korea Selatan. Tim ini tergabung dalam Program Manager Unit (PMU) KF-X/IF-X, yaitu program kerjasama antara Korea Selatan dan Indonesia untuk pembuatan pesawat jet tempur KFX atau Korea Fighter Xperiment. Tim teknis itu berasal dari personil TNI Angkatan Udara, Kementerian Pertahanan, Institut Teknologi Bandung dan PT Dirgantara Indonesia.

Tentu, pertanyaan paling mendasar seputar perancangan sampai produksi KXF/IFX ini adalah apakah Korsel dan Indonesia sudah menguasai teknologi jet tempur terkini? Seperti dikutip dari Angkasa, Prof. Dr . Mulyo Widodo, seorang ahli kedirgantaraan dari Institut Teknologi Bandung (ITB) yang juga menjadi anggota tim Indonesia dalam proyek KFX/IFX ini menjawab,” jangan khawatir, Korsel sudah menguasai hampir seluruh teknologinya. Mereka gigih mengembangkan sendiri pesawat tempur, dan semua ini tak lepas dari kesiapan industri kedirgantaraan (Korea Aerospace Industries) serta lembaga penelitian yang berdiri di belakangnya,”

Inti dari teknologi jet tempur sebenarnya adalah sistem avionik dan material penyerap gelombang radar. Avionik di sini adalah sistem elektonika pengontrol penerbangan dan misi tempur. Sementara material penyerap gelombang radar bisa digambarkan sebagai “kulit pesawat” yang bisa menyerap gelombang elektromagnetik agar tidak terjejak radar lawan.

Prof. Mulyo menambahkan,”kami memang belum menguasai soal material penyerap gelombang radar. Tetapi, untungnya Korsel sudah punya kemampuan yang sangat tinggi di bidang elektronika. Chip paling rumit bahkan sudah dibuat di Samsung Industries. Oleh karenanya, tim perancang KFX/IFX akan membekali pesawat ini dengan perangkat elektronika yang bisa menuntun pesawat mengelak dari radar. Sayap vertikalnya akan dibuat miring (canted vertical tail) agar gelombang radar tak mampu menjejak bagian yang paling rawan ini.”

Peran Indonesia pun secara teknis cukup menentukan. Tidak hanya urunan biaya, untuk mengerjakan pembuatan pesawat ini, Indonesia mengirimkan 40 engineer nya ke Korsel. Dana yang dibutuhkan untuk pembangunan pesawat ini mencapai US$ 8 miliar yang ditanggung Korsel dan Indonesia.

Proyek ini diharapkan selesai pada tahun 2020 dimana di tahap awal Korsel akan mendapat sekitar 200 unit dan Indonesia akan memperoleh 50 pesawat. Selain untuk memenuhi kebutuhan angkatan udara kedua negara, pesawat tempur ini tentu akan dijual ke berbagai negara karena KFX/IFX akan jauh lebih canggih daripada pesawat tempur legendaris F-16 Fighting Falcon. Dan diperkirakan di tahun 2025 yang akan datang F-16 sudah sangat tua usia airframe nya dan akan mulai dipensiunkan. KFX/IFX pun akan menjadi pengganti yang dapat diandalkan.

283084_172225426176103_6589243_n
283526_172225596176086_4094650_n
269771_172225746176071_2068191_n


Spesifikasi KFX :
KFX Spec:
· Crew: 1
· Thrust: about 52,000lbs (F414 class x 2)
· Max Speed: about Mach 1.8
· Armament:
o M61 Vulcan
o AIM-9X class short-range AAM(AIM-9X class) (indigenous, under development)
o AIM-120 class beyond visual range AAM (not specified yet)
o 500lbs SDB class guided bomb|KGGB (indigenous)
o JCM class guided short range AGM (indigenous, under development)
o SSM-760K Haeseong ASM (indigenous)
o Boramae ALCM (indigenous, under development), or Taurus class ALCM
o supersonic ALCM (based on Yakhont technology) (indigenous, under development)

Mengapa PT DI tidak membuat sendiri…??

Membuat pesawat tempur jauh lebih kompleks daripada membuat pesawat penumpang karena ada tambahan sistem dalam sebuah pesawat tempur yaitu sistem kontrol senjata pada sistem avioniknya, disamping sistem mesin pendorong, sistem radar, dan struktur pesawat yang harus dirancang lebih kuat namun tetap lincah bermanuver di udara. Pesawat tempur KFX ini dirancang untuk masuk dalam kelompok pesawat tempur generasi 4,5 yang berarti harus mempunyai 6 kemampuan yaitu :

(1) kemampuan pesawat tempur untuk melakukan manuver ekstrim agar mendapat posisi serang paling menguntungkan (Air Combat Manuverability).

(2) Pesawat tempur harus bisa terbang lincah sehingga harus menggunakan teknologi fly by wire untuk kontrol penerbangannya.

(3) Penggunaan teknologi trust vectoring nozzles yang mampu mengubah-ubah arah semburan gas buang mesin jet agar pesawat tempur mempunyai kemampuan terbang dalam kecepatan rendah dan mampu melakukan belokan tajam.

(4) Kemampuan untuk terbang jelajah pada kecepatan supersonik dalam waktu yang lama.

(5) Radar pesawat tempur berkemampuan menjejak target diluar batas cakrawala atau beyond visual range

(6) Kemampuan menyerap dan membiaskan pancaran radar atau teknologi stealth

Jadi bisa dibayangkan seandainya PT. Dirgantara Indonesia dilibatkan dalam pembuatan pesawat tempur ini maka akan ada penguasaan teknologi kedirgantaraan baru paling tidak untuk pembuatan 50 pesawat tempur KFX yang akan dibeli Pemerintah Indonesia nantinya dari keikutsertaannya membiayai proyek ini. Penguasaan teknologi baru di bidang pembuatan pesawat tempur generasi 4,5 ini dapat menjadi modal dasar bagi PT. Dirgantara Indonesia untuk membuat pesawat tempur sendiri kelak dikemudian hari.

Jadi untuk teknologi PT DI memang belum mampu untuk membuat secara mandiri. Selain ini butuh modal besar untuk melakukan riset sendiri namun jika besama korea maka teknologi kita akan dapatkan dengan sendirinya dan kelak dapat dikembangkan lagin untuk membuat pesawat tempur ciptaan sendiri
KF-BAS/v/beritaunik.net

Bagaimana menurut Habibie selaku pakar dan ahli kedirgantaraan..?

download

Namun menurut Habibie, Korsel tak unggul dalam bidang teknologi pesawat terbang termasuk jenis tempur, bahkan rencana kerjasama ini kini dibekukan sementara oleh pihak Korsel.

“Itu salah. Sekarang ini di-freeze kan? Itu omong kosong, wrong. Tapi dia nggak kasih kan?” kata Habibie kepada detikFinance pekan lalu.

Habibie menegaskan, Korsel malah pernah mengimpor pesawat militer CN235 buatan PT Dirgantara Indonesia (PTDI). Bahkan, Habibie bercerita soal pengalaman Mantan Kepala Staf TNI Angkatan Udara Chappy Hakim saat kunjungan kerja ke Korsel disuguhi pesawat VIP yang tak lain adalah CN 235 buatan Indonesia. Saat itu, CN235 dianggap pesawat paling aman daripada helikopter ketika cuaca buruk.

“Dari mana? Dia nggak unggul dalam bidang itu. Commercial airplane pun kita lebih unggul. Dari mana?” katanya.

Secara pribadi Habibie lebih memilih mengembangkan pesawat komersial dan bermesin baling-baling daripada jet tempur. Alasannya pesawat komersial sangat dibutuhkan Indonesia sebagai negara kepulauan dan mesin baling-baling dianggap paling hemat.

“Tidak, kita hanya mau komersial. Nggak mau tempur, ngapain,” katanya.

Dalam proyek ini, rencananya pemerintah Indonesia berkontribusi 20%, selebihnya oleh pemerintah dan BUMN strategis Korsel. Rencananya dari proyek ini akan diproduksi pesawat tempur KFX/IFX atau F-33 yang merupakan pesawat tempur generasi 4,5 masih di bawah generasi F-35 buatan AS yang sudah mencapai generasi 5. Namun kemampuan KFX/IFX ini sudah di atas pesawat tempur F-16.

“Lebih baik uang itu kasih saja sama PT DI,” seru Habibie.

Pesawat KFX/IFX akan dibuat 250 unit, dari jumlah itu Indonesia akan mendapat 50 unit di 2020. Harga satu pesawat tempur ini sekitar US$ 70-80 juta per unit.
(hen/dnl)

Menurut Staf Ahli Kementerian Pertahanan bidang kerja sama dan hubungan kelembagaan Komite Kebijakan Industri Pertahanan, Zilmi Karim, jika tak ada halangan purwa rupa jet tempur kolaborasi dua negara itu bakal selesai dalam satu dekade.

“Program KFX-IFX perlu 10 tahun. Makanya perlu kerangka kerja sama utuh,” kata Zilmi dalam jumpa pers di Gedung Kementerian Pertahanan, Jakarta, Rabu (19/2).

Kendati demikian, pertengahan 2013 lalu, program tu sempat terhenti. Sebabnya adalah parlemen Korea Selatan berpikir ulang buat menggelontorkan uang dalam jumlah besar buat membangun pesawat tempur itu.

Memang logis jika Korea Selatan ragu dengan keberhasilan program itu. Sebab, menurut Zilmi, Indonesia hanya menyumbang modal 20 persen. Kendati demikian, dia optimis dengan proyek KFX-IFX akan berhasil dan bisa terjadi alih teknologi.

Pos ini dipublikasikan di Teknologi dan karya ilmiah. Tandai permalink.

Satu Balasan ke Jet tempur terbaru KFX/IFX (Korea Fighter eXperiment/Indonesia Fighter eXperiment)

  1. YoHANNISTAmmu berkata:

    pendapat Professor terlalu subjektif tidak melihat bukti bagaimana Korsel sudah melakukan penelitian di bidang pesawat tempur dan ada bukti nyata bahwa Korsel sudah membuat pesawat latih tempur T50 (bisa dipersenjatai)… bagaimana mau ngomong kita lebih unggul dari Korsel dalam hal pesawat tempur. Kalau Commercial airplane boleh kita bicara kita lebih unggul dengan pesawat cn235 kita. Jadi harus jujur sebenarnya … kalau orang lain lebih unggul katakan unggul … seperti orang Jepang yang mau mengakui kesalahan karena ada kejujuran di dalam bersikap …..

    Suka

Tinggalkan komentar