Berbagai Pesawat Tanpa Awak (Drone) buatan Indonesia

16494371-200foto69780x390

wow..! Berbagai Pesawat Tanpa Awak (Drone) buatan Indonesia

drones-buatan-indonesia

Sejarah pesawat tanpa awak atau disebut Drone, Pesawat tanpa awak atau Pesawat nirawak ( dalam bahasa english = Unmanned Aerial Vehicle atau disingkat UAV), adalah sebuah mesin terbang yang berfungsi dengan kendali jarak jauh oleh pilot atau mampu mengendalikan dirinya sendiri.

Rudal walaupun mempunyai kesamaan tapi tetap dianggap berbeda dengan pesawat tanpa awak karena rudal tidak bisa digunakan kembali dan rudal adalah senjata itu sendiri. Pesawat tanpa awak (Drone) memiliki bentuk, ukuran, konfigurasi dan karakter yang bervariasi serta menggunakan hukum aerodinamika untuk mengangkat dirinya, bisa digunakan kembali dan mampu membawa muatan baik senjata maupun muatan lainnya.

Penggunaan terbesar dari pesawat tanpa awak ini adalah dibidang militer seperti halnya mampu melakukan misi pengintaian dan penyerangan juga digunakan sebagai sasaran tembak sebagai umpan bagi roket maupun rudal. Selain digunakan untuk dibidang militer pesawat tanpa awak juga semakin banyak digunakan untuk keperluan sipil (non militer) seperti pemadam kebakaran , keamanan non militer atau pemeriksaan jalur pemipaan, pemotretan udara pada area yang sangat luas, pengukuran karakteristik atmosfer, dan pemantauan kebocoran listrik pada kabel listrik tegangan tinggi. Pesawat tanpa awak sering melakukan tugas yang dianggap terlalu kotor dan terlalu berbahaya utnuk pesawat berawak.

Saat ini Pesawat Terbang Tanpa Awak (PTTA) telah diproduksi oleh industri dalam negeri antara lain : PT. Dirgantara Indonesia, PT. UAV Indo, PT. Globalindo Tekhnologi Service Indonesia, PT. RAI (Robo Aero Indonesia), PT. Aviator dan PT. Carita. Adapun PTTA hasil produk dalam negeri tersebut saat ini digunakan untuk kepentingan olah raga kedirgantaraan dan beberapa industi masih mengadakan pengembangan PTTA untuk kepentingan sasaran latihan Arhanud. Dengan adanya kemampuan berbagai industri dalam negeri dalam mengembangkan PTTA tersebut, merupakan potensi dan peluang yang dapat dimanfaatkan untuk mengembangkan PTTA yang memiliki kemampuan sebagai pesawat pengintai/pemantau sasaran/obyek dari udara. Pengembangan PTTA tersebut dilakukan dengan melengkapi sebuah kamera dan hasilnya secara langsung dapat diamati pada layer Display di Ground Station.

Mari kita lihat model Pesawat Tanpa Awak UAV atau Drone buatan anak bangsa ini:

1. Pesawat Tanpa Awak PUNA Sriti

Pesawat Tanpa Awak PUNA Sriti ini berwarna putih. Pesawat Tanpa Awak PUNA Sriti adalah wahana udara nirawak jarak dekat dengan konfigurasi desain playing wing menggunakan catapult (pelontar) sebagai sarana take off dan jaring sebagai sarana landing.

Pesawat-Tanpa-Awak-PUNA-Sriti
Pesawat Tanpa Awak PUNA Sriti
837ce-mohamad_dahsyat_dan_puna_sriti

Spesifikasi Pesawat Tanpa Awak PUNA Sriti:

  • wingspan 2.988 mm
  • MTOW (Maximum Take Off Weight) 8,5 kilogram
  • cruise speed 30 knot
  • endurance 1 jam
  • range 5 nautical mile
  • altitude 3.000 feet
  • catapult 4.500 mm
  • catapult bungee chords

“Sriti untuk surveillance. Karena bisa take off dengan peluncuran dan landing di jaring maka bisa dipakai untuk melengkapi Angkatan Laut pada peralatan di KRI.
Pesawat Tanpa Awak PUNA Sriti ini bisa melihat ke depan sejauh 60-75 km. Jadi bisa dikatakan sebagai mata KRI,” papar Chief Engineer BPPT Muhammad Dahsyat di lokasi uji coba di Bandara Halim Perdanakusuma, Jakarta Timur, pada Kamis (11/10/2012)

Yang kedua, imbuh Dahsyat, untuk memenuhi kebutuhan pengamanan lokal area seperti bandara. Pesawat Tanpa Awak PUNA Sriti Bisa juga dipakai untuk tindakan SAR di gunung-gunung, jadi lebih efektif.

2. Pesawat Tanpa Awak PUNA Alap-alap

Pesawat Tanpa Awak PUNA Alap-alap ini bermotif loreng dengan warna hijau tua dan hijau muda tentara. Pesawat Tanpa Awak PUNA Alap-alap adalah wahana udara nirawak jarak menengah dengan konfigurasi desain inverted V-tail dan double boom menggunakan landasan sebagai sarana take off.

“Alap-alap didesain long race. Untuk kebutuhan surveillance saja”.

Pesawat-Tanpa-Awak-PUNA-Alap-alap
Pesawat Tanpa Awak PUNA Alap-alap

Spesifikasi Pesawat Tanpa Awak PUNA Alap-alap:

  • wingspan 3.510 mm
  • MTOW (Maximum Take Off Weight) 18 kilogram
  • cruise speed 55 knot (101,86 km/jam)
  • endurance 5 jam
  • range 140 kilometer
  • altitude 7.000 feet
  • payload = gymbal camera video.

3. Pesawat Tanpa Awak PUNA Gagak

Pesawat Tanpa Awak PUNA Gagak ini bermotif loreng dengan warna oranye dan putih. Gagak adalah wahana udara nirawak jarak jauh dengan konfigurasi desain V-tail, low wing dan low boom, menggunakan landasan sebagai sarana take off-landing.

Pesawat-Tanpa-Awak-PUNA-Gagak
Pesawat Tanpa Awak PUNA Gagak

Spesifikasi Pesawat Tanpa Awak Puna Gagak:

  • wingspan 6.916 mm
  • MTOW (maximum take off weight) 120 kilogram
  • cruise speed 52 – 69 knot (96,3 – 127,8 km/jam)
  • endurance 4 jam
  • range 73 km
  • altitude 8.000 feet
  • payload=gymbal camera video.

“Puna Gagak ini sama dengan Puna Pelatuk (nomer 4) tetapi berbeda misi. Kalau Gagak untuk misi rendah-naik-rendah lagi. Dan bisa digunakan untuk Angkatan Laut,”

4. Pesawat Tanpa Awak PUNA Pelatuk

Pesawat Tanpa Awak PUNA Pelatuk ini bermotif loreng dengan warna putih, abu-abu dan krem.

Pesawat-Tanpa-Awak-PUNA-Pelatuk
Pesawat Tanpa Awak PUNA Pelatuk
Pesawat Tanpa Awak PUNA Pelatuk

Spesifikasi Pesawat Tanpa Awak PUNA Pelatuk:

  • wingspan 6.916 mm
  • MTOW (Maximum Take Off Weight) 120 kilogram
  • cruise speed 52 – 69 knot (96,3 – 127,8 km/jam)
  • endurance 4 jam
  • range 73 km
  • altitude 8.000 feet
  • payload=gymbal camera video.

Pelatuk adalah wahana udara nirawak jarak jauh dengan konfigurasi desain V-tail inverted high wing dan high boom, menggunakan landasan sebagai take off-landing.

“Kalau Pelatuk itu low-high-low, menukik ke bawah, kemudian naik lagi,”

5. Pesawat Tanpa Awak PUNA Wulung

Pesawat Tanpa Awak PUNA Wulung ini bermotif loreng hijau tosca dan abu-abu.

Pesawat-Tanpa-Awak-PUNA-Wulung
Pesawat Tanpa Awak PUNA Wulung

Spesifikasi Pesawat Tanpa Awak PUNA Wulung:

  • wingspan 6.360 mm
  • MTOW (maximum take off weight) 120 kg
  • cruise speed 60 knot (111.12 km/jam)
  • endurance 4 jam
  • range 120 KM
  • length 4.320 mm
  • height 1.320 mm

“Wulung ini medium. Terbang bisa mencapai waktu 4 jam. Dan muatannya cukup hingga bisa dipakai untuk membuat hujan buatan maupun penyebaran benih”.

“Kalau Wulung ini misi terbangnya itu high-high-high. Ke depan kita akan eksplorasi lagi untuk kebutuhan lain,”

6. Pesawat Tanpa Awak HEXAROTOR

Pesawat Tanpa Awak HEXAROTOR terbuat dari bahan carbon fiber.

Pesawat-Tanpa-Awak-HEXAROTOR
Pesawat Tanpa Awak HEXAROTOR

Pesawat buatan Institut Teknologi Bandung (ITB) ini terdiri dari tiga tipe :

  • Tipe kecil berbentuk persegi dengan ukuran 15 cm x 15 cm, dilengkapi dengan 4 baling-baling kecil.
  • Sementara Pesawat Tanpa Awak HEXAROTOR tipe sedang berbentuk persegi dengan ukuran 60 cm x 60 cm dan dilengkapi dengan 6 baling-baling kecil.

  • Sedangkan Pesawat Tanpa Awak HEXAROTOR besar berbentuk persegi dengan ukuran 1 m x 1 m serta dilengkapi 8 baling-baling kecil.

“Setiap Hexarotor juga dilengkapi dengan kamera. Kameranya bisa diganti sesuai kebutuhan,” ujar Staf Center of Unmanned System Institut Teknologi Bandung, Yudhoyono Kartijo.

Menurut Gembong, alat yang diproduksi oleh ITB sejak 2 tahun lalu ini biasanya digunakan sebagai surveyor atau untuk pemantauan dan pengamatan. “Misalnya perusahaan real estate ingin memantau dari atas,” imbuh Gembong.

Pesawat Tanpa Awak HEXAROTOR diterbangkan dengan menggunakan remote control. Pesawat ini mampu terbang maksimal setinggi 170 m, dengan waktu terbang maksimal 20 menit. Hexarotor juga bisa digunakan untuk memantau kemacetan dan kebanjiran di kota.

Dibanyak negara maju, drone jenis ini jauh lebih classified dibanding drone biasa karena kemampuannya dapat “terbang melayang lalu diam”. Inilah yang menyebabkan banyak orang mengira bahwa mereka telah melihat UFO.

7. Pesawat Tanpa Awak UAV Autopilot Superdrone

TNI AD menggaet Universitas Surya yang didirikan Prof Yohanes Surya membuat alat-alat pertahanan, termasuk pesawat nirawak alias drone yang diberi nama Pesawat Tanpa Awak UAV Autopilot Superdrone (UAV) Autopilot Super Drone.

t3z99LWGeM
Pesawat Tanpa Awak UAV Autopilot Superdrone

KSAD Jenderal TNI Budiman menjelaskan bahwa bahan pesawat itu dari fiber, yang besarnya 6×4 meter. “Jam terbangnya 6-8 jam. Diberi tangki cadangan namun bisa digunakan untuk benda lain. Bisa terbang malam dan dilengkapi kamera thermal. Menggunakan teknologi Autonomous Return To Base,” tutur KSAD.

Sedangkan Kabag Rencana Kegiatan TNI AD Letkol Kavaleri Joko Prawoto mengatakan untuk saat ini pesawat nirawak ini lepas landas dan pendaratannya masih manual namun setelah itu bisa autopilot.

“Namun masih dikembangkan agar take of landing-nya juga bisa autopilot. Pengerjaan baru mulai November 2014 dengan tim (yang terdiri) 15 orang. Untuk sementara ini untuk pesawat latihan,” kata Joko.

Ke depan, KSAD menambahkan teknologiPesawat Tanpa Awak UAV Autopilot Superdrone ini akan dikombinasikan dengan teknologi open Base Transceiver System (BTS) yang dibuat oleh Onno W Purbo dari Universitas Surya. Penggunaannya untuk memantau perbatasan.

“Sudah pasti saya buat beberapa buah untuk pengamanan perbatasan karena selama ini hanya menggunakan manusia dan kekuatan Tuhan. Yang segera akan digunakan combine open BTS dgn UAV untuk pengamanan perbatasan,” tutur KSAD.

8. Pesawat Tanpa Awak Lapan Surveillance Unmanned (LSU)

Lembaga Antariksa dan Penerbangan Nasional (Lapan) serius menggarap dan mengembangkan pesawat tanpa awak atau Lapan Surveillance Unmanned (LSU) Aerial Vehicle.

pesawat11
Pesawat Tanpa Awak Lapan Surveillance Unmanned (LSU)

Ada beberapa jenis LSU yang telah dbuat LAPAN:

  • Lapan Surveillance UAV-01X (X-periment)
  • Lapan Surveillance LSU 02

  • Lapan Surveillance LSU 03

  • Setelah memproduksi pesawat tanpa awak jenis Lapan Surveillance UAV-01X dan Lapan Surveillance LSU 02, Lapan juga mempunyai Lapan Surveillance LSU 03. Ukuran pesawat tanpa awak yang terakhir itu lebih besar dari seri sebelumnya yaitu LSU 02.

    LSU 03 bentangannya 5 meter itu hanya bentang sayap, sedangkan badannya 4 meter. Daya jelajah 400 km dengan ketinggian antara 3.000-4.000 meter. Secara total, jumlah koleksi pesawat tanpa awak milik Lapan berjumlah 3 unit.

    9. GTSI PUNA Kujang

    PUNA Kujang dibuat oleh PT Globalindo Technology Services Indonesia (GTSI) yang didirikan oleh Endri Rachman, mantan karyawan PT DI yang hijrah ke Malaysia dan menjadi dosen di Universiti Sains Malaysia. Beliau dan bersama sesama mantan karyawan PT DI mendirikan perusahaan PT GTSI.

    uav kujang on the ground
    GTSI PUNA Kujang

    UAV perdananya adalah Kujang, mampu membawa muatan kamera survaillance 20 kg, lama terbang 2-3 jam dengan kecepatan maksimal sampai 150 km/jam. Ironisnya, peminat pertama UAV Kujang ini adalah Malaysia, bukan pemerintah Indonesia.

    10 Uavindo UAV Survaillance SS-5 (SkySpy-5)

    UAV SS-5 (SkySpy-5) adalah produk pertama yang dibuat oleh PT Uavindo pada tahun 2003 yang kemudian menjadi UAV lokal pertama yang dioperasikan oleh militer, lengkap dengan Ground Control Station yang ditempatkan pada sebuah truk Perkasa keluaran Texmaco. Sedangkan perusahaan ini sudah mengembangkan UAV sejak 1994 di mana dimulai dengan berkumpulnya para insinyur lulusan Teknik Penerbangan ITB dengan dimotori Dr Djoko Sardjadi.

    f52b7-uavindo
    Uavindo UAV Survaillance SS-5 (SkySpy-5)

    SS-5 (SkySpy-5) mampu terbang selama 2-3 jam dengan jarak sampai 25 km untuk fungsi survaillance melalui kamera yang dibawanya. Saya tidak tahu apakah TNI masih menggunakan produknya (selanjutnya ada pengembangan ke SS-20), tapi ironisnya Malaysia memesan UAV SM-75 dari perusahaan ini.

    11. Aviator UAV SmartEagle II

    UAV SmartEagle II dibuat oleh PT Aviator Teknologi Indonesia, yang dibentuk oleh beberapa mantan karyawan PT Uavindo. Produk unggulannya adalah SmartEagle II, yang mampu terbang selama 6 jam dengan jarak maksimum 300 km.

    smart-eagle-uav-ri11
    Aviator UAV SmartEagle II

    Produk ini bisa diadu dengan Searcher Mk II dari Israel, hanya sayangnya berat muatan maksimum hanya sampai 20 kg, bandingkan dengan beban 100 kg yang mampu dibawa oleh Searcher Mk II. Sekarang PT Aviator menggandeng Irkuts dari Rusia untuk memasarkan produknya secara bersama-sama.

    12. UAV Tamingsari

    uav tamingsari
    UAV Tamingsari

    UAV ini dibuat oleh Endri Rachman

    Spesifikasi Pesawat Tanpa Awak UAV Tamingsari:

    • Cruise Speed : 100 km/h
    • Cruise Altitude: 1000 m
    • Endurance: 2 – 3 Hours
    • Take off weight : 20 kg, payload (camera): 5 kg
    • Stall Speed : 40 km/h.

    13. Drone Desa

    Drone Desa, pesawat nirawak yang bisa memetakan kawasan wisata alam maupun lahan perkebunan.

    081828_164547_bok_drone
    INISIATOR: Irendra Radjawali (tengah) bersama kawan-kawannya dari Swandiri Institute menunjukkan sejumlah drone murah karya mereka.

    Drone karya Swandiri Institute beberapa kali telah dimanfaatkan untuk kepentingan masyarakat luas. Mulai untuk memetakan tanah adat yang bermasalah sampai mengembangkan potensi wisata di daerah terpencil. Lantaran banyak diaplikasikan di desa-desa, pesawat dengan kamera pemotret itu kemudian populer dengan nama Drone Desa.

    ”Sebenarnya drone semacam itu banyak dijual di pasaran, namun dengan harga yang cukup mahal, bisa mencapai ratusan juta. Kami coba merancangnya sendiri dengan biaya supermurah, hanya sekitar Rp 3 juta,” ujar Irendra Radjawali, inisiator Drone Desa, saat ditemui di ”bengkel” Swandiri Institute di Jalan dr Wahidin, Pontianak.

    1324011Drone-Australia780x390
    Uji Coba Pesawat Nirawak Atasi Kebakaran Hutan

    Fungsi drone sebagai alat pertahanan akan lebih tepat digunakan untuk operasi militer, terutama serangan darat. Secara umum, fungsi drone adalah untuk menyerang, bukan untuk menangkap para pelanggar hukum. Drone akan lebih efektif untuk memantau perbatasan daratan.

    Dalam kegiatan pengawasan wilayah, jumlah ideal yang harus dimiliki Indonesia adalah sekitar 15. Namun jumlah tersebut bukan menunjuk ke jumlah unit drone, melainkan jumlah pangkalan PUNA yang harus dibangun. Dalam masing-masing pangkalan itu diisi oleh minimal 3 unit PUNA yang bekerja secara terus menerus selama 24 jam untuk melakukan pengawasan.

    Tentunya dengan luas wilayah yang besar seperti Indonesia, mungkin lebih banyak lagi. Idealnya mungkin minimal 15 pangkalan untuk mengawasi wilayah secara komprehensif. 15 pangkalan ini bisa lebih atau kurang tergantung kecanggihan teknologinya. Akan tetapi untuk saat ini, Indonesia membutuhkan minimal 3 pangkalan di setiap daerah. Daerah tersebut, khususnya adalah yang sering terjadi pelanggaran hankam.

    Sejatinya, riset pengembangan teknologi drone telah berlangsung di Indonesia sejak tahun 2000. Namun segala aspek yang menyertainya membuat pengembangan drone tidak bisa dilakukan oleh lembaga tertentu saja.

    Semoga Indonesia bisa lebih maju dalam mengembangkan Drone sebagai kebutuhan militernya maupun kebutuhan non militer.



    http://www.youtube.com/watch?v=3zOgD5BXKDI

    Pos ini dipublikasikan di Teknologi dan karya ilmiah. Tandai permalink.

    Tinggalkan komentar